Tiba-tiba saja suasana Gedung Putih menjadi hening. Obama sejenak menahan nafas untuk melanjutkan pidatonya atas penembakan terhadap 20 anak-anak di Sekolah Sany Hook, di Connecticut, Amerika Serikat. Ia kemudian menangis, air matanya bercucuran karena tahu mayoritas korban tewas berusia antara usia 5 sampai 10.
“Jalan hidup mereka masih sangat panjang di depan mata,” imbuhnya sambil menyeka air matanya.
Entah kapan terakhir kali Obama menangis. Presiden dari Partai Demokrat itu memang jarang mencucurkan air mata. Yang jelas, jika anda search di Google dengan kata kunci “Obama Menangis”, tidak akan ada satu link-pun melainkan tertuju pada peristiwa kelam di Sandy Hook. Padahal daftar kekejian AS kepada anak-anak telah menjadi rahasia umum, bahkan bagi warga negeri Paman Sam sendiri.
Seorang anak muda Pakistan berusia 28 tahun pernah berang ketika tahu Obama kembali terpilih dalam pemilu presiden. Ia mengatakan Obama telah merampas nyawa ayah, tiga saudara dan keponakannya, dalam serangan pesawat tak berawak (Drone) AS di desanya di Waziristan Selatan. Serangan itu terjadi satu bulan setelah Obama pertama kali menjabat.
Hal sama juga dirasakan oleh Haji Abdul Jabar. Ayah dari seorang anak yang tewas akibat agresi AS di Pakistan itu mengatakan bahwa kebijakan Obama sebenarnya diarahkan terhadap Islam dan Muslim, bukan yang lain.
“Setiap kali dia memiliki kesempatan, Obama akan menggigit Muslim seperti ular. Lihatlah berapa banyak orang yang telah dibunuh dengan serangan pesawat tak berawak miliknya,” katanya berang.
Obama sendiri tidak memberikan indikasi bahwa ia akan menghentikan atau mengubah kampanye Drone di Pakistan dan beberapa negara muslim lainnya.Pembunuhan warga sipil Pakistan, termasuk perempuan dan anak-anak, dalam serangan udara telah membuat tegang hubungan antara Islamabad dan Washington, yang mendorong para pejabat Pakistan untuk mengirim peringatan kepada pemerintah AS atas serangan tersebut.
November lalu, kasusnya juga hampir sama. Kali ini korbannya adalah para remaja Afghanistan. Serangan Drone AS habis membom-bardir Distrik Baraki Barak, Provinsi Logar, Afghanistan Timur dengan merenggut nyawa tiga remaja muslim di bawah 16 tahun. Sebelumnya, serangan serupa juga pernah terjadi pada pertengahan Oktober di Provinsi Helmand, barat daya Afghanistan, saat itu empat bocah ingusan meregang nyawa. Ya, mereka dibom oleh Drone AS lewat policy war on terrorism Obama di Afghanistan.
Entah sudah berapa ribu anak-anak muslim di belahan dunia ini yang memiliki kisah bagaimana mereka pernah berhadapan dengan panasnya timah Amerika. Tawa, canda, suka ria mendadak lenyap berganti luka, cacat, dan tubuh membujur kaku. Kesempatan mereka untuk menikmati masa kecilnya telah direnggut oleh kebiabadan atas nama perang melawan kebangkitan Islam dari Presiden bernama lengkap Barrack Hosein Obama.
Hingga kini bocah-bocah Palestina juga bernasib sama. Mereka hidup dalam bayang-bayang dukungan Amerika menyuplai Israel dalam sisi senjata. Anda mungkin pernah menyaksikan Film Tears of Gaza, di mana telinga seorang bocah Palestina terganggu saat shalat mendengar suara Drone AS mengawang-ngawang memecah langit Gaza.
AS memang mitra sejati Israel. Bagi Obama, menyerang Israel sama dengan menurunkan wibawa Amerika. Tidak heran meski 600 anak Palestina tewas dalam agresi Zionis ke Gaza Desember 2008 hingga Januari 2009, tak ada satupun rasa simpati dari Obama atas hilangnya nyawa manusia. Tidak ada pidato, tidak ada belasungkawa, apalagi airmata. “Mereka (Israel) berhak membela diri,” kata Obama enteng seperti dikutip islampos.com.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar