Lahir sebagai Lin Shao-liang, anak kedua dari tiga bersaudara ini mengikuti jejak abangnya, Liem Sioe Hie, yang sudah mendarat di Jawa sembilan tahun lebih awal.
Ketika Jepang datang, ia mulai berdagang minyak kacang kecil- kecilan di Kudus, Jawa Tengah. Kemudian mencoba nasib sebagai penyalur cengkeh di kota sigaret kretek itu. Lalu, datanglah nasib baik serentak dengan saat pecahnya Revolusi 1945. Liem membantu Republik, yang membutuhkan banyak dana melawan Belanda. Seiring dengan kemenangan Indonesia, maka usaha Liem yang membantu tentara Republik yang membutuhkan banyak barang-barang makin berhasil.
Dengan kekuatan networking yang telah dibinanya sejak Indonesia belum merdeka makin lama bisnis Liem makin menggurita. Liem juga dikenal dekat dengan banyak pejabat Indonesia. Sukses Liem Sioe Liong merupakan bukti bahwa kekuatan networking yang dibina dengan tekun bisa merubah nasib orang dari miskin menjadi kaya. Liem pindah ke Jakarta pada 1951, dan mulai mengembangkan usahanya. Mula-mula ia mendirikan pabrik sabun, kemudian pabrik paku, ban sepeda, pengilangan karet, kerajinan, dan makanan. Ia juga bergerak di bidang pengusahaan hutan, bangunan, perhotelan, asuransi, perbankan, bahkan toko pakaian.
Pada tahun 1969, Oom Liem bersama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut sebagai The Gang of Four, mendirikan CV Waringin Kentjana. Oom liem sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, ekspor kopi, lada, karet, tengkawang dan kopra serta mengimpor gula dan beras.Tahun 1970 kelompok ini mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah.
Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Setelah itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan real estate PT Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Selain itu, Oom Liem juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil. Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA).
Krisis ekonomi 1998 merupakan pukulan hebat bagi kerajaan bisnis keluarga Salim. Korbannya yang paling besar adalah BCA yang berpindah ke keluarga Hartono (pemilik Djarum). Perlahan namun pasti keluarga Salim yang kini dibawah komando Anthony Salim (putra Sudono Salim) mampu bangkit pasca krisis 1998.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar